Puisi-puisi Pulo Lasman Simanjuntak

Posted by : cintapus December 14, 2024

MATA PUISI

1//
menghitung hari-hari
nyaris buta (cemas !)
seperti puisiku yang menua
diselimuti asap kabut
dari pinggiran kota berawan

terus kususuri menuju
rumah ibadah
untuk mukjizat kesembuhan
di atas mimbar kesucian

membawa juga tubuhmu
digerogoti ulat-ulat beracun
dari dalam tanah basah
airmata terus berdarah

2//
sebelum aku merangkul
pekabaran tiap dinihari
rajin gerak badan di tikungan jalan

mulutku yang membusuk
telah menelan rakus
ribuan potong daging haram
ratusan ikan dari selokan

bahkan sering disuguhkan minuman biang gula
dari perkebunan teh yang tumbuh liar
di sekujur tubuhku

3//
maka kuputuskan( tiba-tiba !)
mata puisi ini
harus berlari ke rumah duka
disuntik obat mata dosis tinggi

lalu jadilah aku menjelma
jadi seorang tukang sihir
yang tak mampu melihat sinar matahari berdiri
tegak tiap pagi

4//
pada malam ini
sesudah hujan dan petir bertandang di pekarangan rumah
gelap gulita
harus kuselesaikan
membaca kitab suci
dengan mata kiri
menari-nari sendiri

aku harus kuat, pesanmu
sampai nanti kita bisa bertemu lagi
di hamparan langit baru
tanpa ada lagi
tangisan membuta
atau penyakit menular
sudah dimatikan seekor ular

damailah hati ini

Jakarta, Januari 2024

 

SAJAKKU TERKAPAR DI TELAPAK KAKI KIRI

1//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
sejak kudaki tubuh laut
kian tua
tanpa ombak
tanpa ikan
saling terbang
di dermaga sudut kotamu

lalu mendarat dengan duka cita
di seberang pulau kecil
diasingkan
di atas mercusuar
tegak berdiri

dengan kidung batu hitam
ditulis ribuan tahun
jadi keterasingan diri
menyatu dengan syair-syair
milik pujangga tua
muncul dari bawah
semenanjung tanah adat
bangsa melayu

2//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
di atas bebukitan dingin membeku
nyaris ditiup angin
musim cuaca terbakar
digelar kemah
pembantaian darah domba
tanpa suara

usai ibadah
dengan doa syafaat
yang bercampur dengan asap dapur
kenikmatan hari perhentian
gempa bumi di negeri sendiri

diselesaikan terburu-buru
dengan baca sepenggal
kitab suci
nyanyian harmonika tua
dari sepasang lelaki
yang lahir dari rahim permukiman hewan-hewan liar
mabuk tiap dinihari

3//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
membawa satu tekad
kesembuhan abadi

dengan terapi
tulang-tulang ultrason
tanpa bersalin
napsu birahi liar

hanya jari-jari tangan
menari-nari di tubuh sajakku
aku berteriak kesakitan
sebab masa mendatang
tanpa pengharapan

hanya iman makin melelahkan
berakar dan berbuah
di rumah ibadah

selalu tersembunyi
dalam roh
hati ini

4//sajakku terkapar di telapak kaki kiri
ingin menjemput maut bersinar
tanpa airmata
atau suara persungutan
di padang pasir bangsa kafir

lalu segera berenang
dengan nyanyian ramah
di sebuah kolam kekeringan
kedua kaki memanjang
dihitung delapan kali pertemuan
entah sampai kapan

Jakarta, Minggu 10 Nov 2024

 

RUMAH PERSUNGUTAN
-episode kedua-

rumah batu di tubuh kota
di dalamnya telah tumbuh sebilah pisau
untuk memutilasi kesunyian
keluh kesah
dari tingkap-tingkap langit
semoga turun hujan berkat

kini cuaca semakin
berwajah garang
turunkan api belerang
tiap hari hanya ada
satu suara putus asa :
bunuh diri !

rumah batu di kulit-kulit kota
selalu saja menjelma
jadi ratusan persungutan kekal
dilontarkan dari atas ranjang
tanpa ada lagi persetubuhan
lantaran janinnya selalu kelaparan
dahaga di padang kering kerontang

rumah batu tanpa jendela hati
pintunya selalu menuju kematian abadi
karena di sana telah dihuni
perempuan molek
dari tanah het, sidon, dan moab
selalu tawarkan kemurtadan

jadilah sajakku terjebak
tanpa mata dan telinga
hanya terhibur
pada tiga belas penderitaan
para rasul
pasrah ataukah-
berserah
pesan pandita
yang hilang entah kemana
menunggu setia
paket malaikat
dari sorga

Jakarta, Rabu, 13 Maret 2024

 

HARI INI

hari ini
menatap matahari pagi
hatiku semakin perih
tercambuk sapu lidi
bergerigi
tajam
menusuk bertubi-tubi

sulit tumbuh
ketika kusebar
benih berduri
yang berbuah
dari kitab suci

hari ini
nafas tanpa roh kasih
diuji batu rohani
berulangkali
digali sampai mati

musibah sampai terkapar
jari-jariku cemas
disiram air keras

padahal hari ini
sudah tertulis
dalam lembaran kertas
hikmat bersama akal budi
yang rajin kubaca
dengan kacamata
kadang tanpa permata
kebenaran selalu terbang
mengguncangkan iman
kesendirian

Jakarta, Kamis 1 Agustus 2024

 

PEDANG ROH

aku mau datang kepada-Mu
Tuhan semesta alam
membawa sebilah pedang roh
di tangan kanan yang terpenggal
kadang makin sulit penuh pergumulan
menebang pepohonan
di gurun kelaparan

bisakah batu penjuru itu
menolongku jadi roti sajian
untuk ribuan orang
nyaris mati kejang

agar mulutku
yang makin
rajin menyantap firman Tuhan
serta nubuatan akhir zaman
tak lagi terkapar
dalam meditasi kesendirian

Jakarta, Selasa 13 Agustus 2024

 

———————————————————————————————————————————-
Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya 20 Juni 1961. Menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP-Jakarta). Ratusan karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan 35 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia. Karya puisinya sejak tahun 1980- 2024 telah dimuat di 23 media cetak (koran, surat kabar mingguan, dan majalah) serta dipublish (tayang) pada 223 media online (website) dan majalah digital. Puisinya juga telah dipublikasikan sampai ke negara mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India. Sering diundang membaca puisi di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, dan sejumlah tempat komunitas sastra lainnya.
Bekerja sebagai wartawan dan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Kontak : 08561827332 (WA)
Medsos :
Facebook : Bro
Instagram : Lasman Simanjuntak
Tik Tok : Lasman Simanjuntak
Youtube : Lasman TV

 

*) Ilustrasi lukisan karya Salvador Dali.

RELATED POSTS
FOLLOW US