Komunitas Akarpohon Mataram menggelar Perayaan Buku Kumpulan Cerpen (Kumcer) “Mei Salon” karya Iin Farliani yang diterbikan Mizan Pustaka, Juli 2024. Perayaan buku itu digelar di Kedai Kojo, Jalan Udayana, Kota Mataram, pada Sabtu, 10 Agustus 2024 malam.
Dalam acara tersebut, hadir Iin Farliani selaku penulis, Januari Rizki Pratama R. sebagai pembedah, Megawati Iskandar Putri sebagai pemandu, serta Sanggaita selaku penampil.
Mei Salon merupakan buku tunggal ketiga Iin Farliani setelah kumcer Taman Itu Menghadap ke Laut (diterbitkan tahun 2019) dan kumpulan puisi Usap Matamu dan Ciumlah Dingin Pagi (2022).
Diskusi dipandu Megawati Iskandar Putri, alumnus Fakultas Hukum, Universitas Mataram, yang juga aktif bergiat di Komunitas Senyum Puan. Iin Farliani menceritakan, 16 cerpen dalam buku Mei Salon ditulis pada periode waktu yang berbeda. Ide ceritanya berasal dari peristiwa sederhana di sekitar dirinya.
“Karena aku tidak ada terbebani harus menyampaikan sesuatu yang ‘penting’ untuk dilihat, atau yang dianggap orang isunya penting untuk jadi kajian atau apa, tidak berat ke sana,” ujar Iin Farliani, gadis kelahiran Mataram, 4 Mei 1997.
Editor buku Mei Salon memilih cerpen-cerpen dengan latar dan tema beragam, tetapi memiliki nuansa yang saling tersambung.
“Cerpen-cerpen yang dipilih ketika dibaca, utuh sebagai sebuah buku. Latarnya laut, pemukiman, rumah, dan lainnya. Namun, nuansanya saling tersambung,” ungkap penulis yang menyelesaikan pendidikan S1 pada Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mataram.
Iin juga mengungkapkan, cerita-cerita dalam buku pertamanya bertumpu pada imajinasi. Peristiwa empiris hanya pemantik. Sedangkan di buku Mei Salon, peristiwa empiris sebagai penopang cerita.
“Buku sebelumnya, lebih bebas rasanya, aku anggap tidak ada beban. Di buku Mei Salon ini, cerita terhubung, aku cari dulu validasi yang ilmiah,” ungkap Iin Farliani, emerging writer Makassar International Writers Festival (MIWF) dan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) tahun 2022.
Pembedah kumcer Mei Salon, Januari Rizki Pratama R. menyampaikan, tema yang dihadirkan cerpen-cerpen di buku Mei Salon cenderung sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Meski demikian, Iin dianggap bisa mengemas cerita yang memberikan kesan kepada pembaca.
“Iin mengubah sesuatu sederhana menjadi sesuatu yang ada kesan abstrak dalam setiap cerita itu. Iin menarasikan sebuah problematika yang sebenarnya sangat umum, membentuk kepentingan dan kewajiban (ide utama yang saya rasakan), tapi bisa dikemas sedemikian rupa, sehingga menimbulkan kesan,” jelas Januari Rizki.
Januari Rizki juga menyoroti ada kesamaan nuansa yang melatarbelakangi cerpen-cerpen di buku Mei Salon. Ia mencontohkan cerpen berjudul Sembilan Puluh Sembilan Tikungan.
“Melihat dari perspektif semiotika, ketika saya membaca kembali, ada beberapa simbol-simbol yang menarik digunakan di dalam cerita tersebut. Di balik kesederhanaan poin yang disampaikan, terdapat sesuatu yang terbuka, sehingga imajinasi pembaca bisa berbeda-beda,” ujar Januari Rizki Pratama, pengajar di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unram.
Perayaan Buku Mei Salon ditutup dengan penampilan Sanggaita, yang merupakan aktor dan penyanyi. Saat ini, Sanggaita berkuliah di Program Studi Seni, Drama, Tari, dan Musik Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) NTB. Sanggaita membacakan cerpen berjudul Fani Nirwana dari buku Mei Salon.(bud)