Diskusi Sastra Horor di PDS H.B. Jassin: Benarkah Sastra Horor Bisa Menjadi Terapi?

Posted by : cintapus July 27, 2024

JAKARTA – Sastra horor, di tengah gempitanya film horor di layar lebar dan YouTube, didiskusikan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Gedung Ali Sadikin komplek Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Jumat (26/7) siang.

Diskusi yang diselenggarakan Dapur Sastra Jakarta bekerjasama dengan Literasi Kompasiana, PDS H.B. Jassin dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemprov DKI Jakarta ini menghadirkan narasumber Yon Bayu Wahyono dengan pendamping Ni Made Sri Andani dan moderator Nanang R. Supriyatin.

Diskusi dihadiri oleh penulis, peneliti dan anggota Dapur Sastra Jakarta dan Literasi Kompasiana. Hadir juga peneliti dan filolog dari BRIN, Dr Mu’jizah, sastrawan Romy Novaris DM., Kurnia Effendi dan Bambang Widiatmoko.

Yon Bayu dalam paparannya mengatakan bahwa sastra horor seyogyanya dipahami sebagai bagian dari kebudayaan, khususnya kebudayaan Jawa.

“Orang Jawa hidup bersisian—pararel—dengan makhluk gaib, dan dianggap sebagai bagian dari kehidupannya. Dari sini dapat dipahami mengapa budaya Jawa tidak bisa lepas dari hal-hal gaib yang pada tingkatan tertentu menijadi horor,” kata penulis produktif ini.

Yon menegaskan supaya horor juga dipandang sebagai budaya yang sejajar dengan kebudayaan lain.

“Horor harus diakui sebagai bagian tak terpisahkan dari perikehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Sastra sebagai sebuah kredo didasarkan pada pemahaman tersebut,” kata mantan Pemred Majalah Misteri ini.

Namun dalam perjalanannya sastra horor dipandang murahan, klenik dan pembodohan. Penyebabnya, lanjut Yon, cerita horor di antaranya terlampau mengeksploitasi sensualitas dan hanya menakut-nakuti.

Sementara itu Ni Made Sri Andani mengajak supaya dilakukan netralisasi cerita horor yang selama ini dipandang murahan bahkan negatif.

Andani—begitu dokter hewan dan penulis cerita horor ini biasa disapa—memaparkan sisi positif dari sastra horor.

Salah satunya, sastra horor bisa menghilangkan perasaan ketakutan pada horor.

“Ketakutan kita terhadap horor sebenarnya dapat diatasi dengan pemahaman dan pengetahuan yang lebih dalam tentang fenomena tersebut. Semakin banyak yang kita ketahui, atau semakin kita mengenal, maka semakin berkurang rasa takut dan horor itu,” ujarnya.

Ditambahkannya, “Sebaliknya, semakin banyak yang kita ketahui atau semakin tidak kita kenal, maka kemungkinan rasa takut atau perasaan horor akan semakin besar dan berkembang,” kata penulis buku “100 Cerita Inspiratif” dan “50 Cerita Inspiratif” ini.(bud)

RELATED POSTS
FOLLOW US